Awal Pembentukan
Saodor Ensemble adalah kolektif musik kontemporer asal Indonesia yang berakar pada tradisi Batak Toba dari Sumatra Utara. Dibentuk oleh seniman diaspora, Yessica Yosia Virginia Simanjuntak. Grup ini mereinterpretasi musik ritual Batak—seperti nyanyian andung dan ensambel gondang—melalui pendekatan eksperimental, interdisipliner, dan performatif. Alih-alih sekadar melestarikan bentuk tradisi, mereka aktif membongkar dan merakit ulang elemen musik tersebut dengan idiom artistik modern, menggabungkan vokal diperluas, instrumen akustik yang dimodifikasi, serta elemen elektronik live. Filosofi artistik mereka berpusat pada pertanyaan: bagaimana musik Batak dapat melampaui batas geografis dan etnografis untuk menjadi bahasa universal baru? Dengan cara ini, Saodor Ensemble menghadirkan musik Batak sebagai ekspresi hidup yang terus berevolusi, sekaligus menantang pandangan sempit yang menganggapnya statis atau terbatas secara lokal. Karya andalan mereka, Lungun, menafsirkan ulang ratapan tradisional Batak Toba menjadi lanskap bunyi neo-tradisional yang emosional dan transenden, dan membawa mereka terpilih sebagai artis terkurasi di Classical:NEXT 2025 Berlin serta tampil di Undercurrent ESEA Sound and Performance Arts Festival 2025 di London.
Tim
Yessica Yosia Virginia Simanjuntak
Fardian
Natalius Simarmata
Dela Fotyana Marpaung
Louise Marie Grignion De Monfort Mitak
Jazz Baldwin Parluhutan Situmorang
Karya "Lungun"
“Lungun” adalah sebuah pertunjukan suara elektroakustik yang terinspirasi dari tradisi lisan andung, nyanyian ratapan Batak Toba yang biasa hadir dalam upacara kematian. Karya ini merekonstruksi kesedihan menjadi lanskap bunyi yang melampaui batas tradisi, dengan mengedepankan tekstur bisikan, napas berat, ucapan terputus, dan dengungan rendah yang diproses secara langsung. Disusun untuk vokal, sulim Batak (flute), piano disiapkan, taganing (perkusi Batak), dan elektronik live. Karya ini pertama kali dipentaskan di Bentara Budaya Bali (2024) dan kemudian menjadi tonggak penting yang mengantarkan Saodor Ensemble terpilih sebagai showcase terkurasi di Classical:NEXT 2025 Berlin serta tampil di Undercurrent ESEA Sound and Performance Art Festival 2025 di London, mengukuhkan posisinya sebagai representasi musik Batak yang berevolusi di panggung global.
“FAD Magazine on undercurrent: ESEA Performance and Sound Art Festival
“The diversity of voices and practices has long enriched the contemporary art world, yet certain communities and art forms remain persistently underrepresented. Among these are East and Southeast Asian (ESEA) artists, whose contributions often exist on the margins, and the ephemeral, time‐based mediums of sound and performance art, which face challenges in gaining recognition within traditional exhibition contexts.” — FAD Magazine, 30 Agustus 2025.
Saodor Ensemble hadir dengan karya Lungun, memadukan tradisi vokal Batak Toba dengan piano, sulim, dan elektronik live, sebagai representasi musik Indonesia dalam percakapan global ESEA.
Jessica & Saodor Ensemble terpilih sebagai Selected Artist Classical:NEXT 2025! 🥳🎉
— Kementerian Ekonomi Kreatif RI (@ekraf_ri) May 12, 2025
Terpilihnya Jessica & Saodor Ensemble sebagai Selected Artist Classical:NEXT Berlin 2025 tak lepas dari Lungun—komposisi musik inovatif yang terinspirasi dari sastra lisan Batak Toba, khususnya… pic.twitter.com/DKz4W80Ajy
